PEMANFAATAN PUCUK TEBU SEBAGAI BAHAN...

PEMANFAATAN PUCUK TEBU SEBAGAI BAHAN PAKAN SUPLEMENTASI PADA TERNAK RUMINANSIA

Kamis, 26 Juli 2012 | 11:08 WIB Penulis : Web Admin Dibaca : 31199 kali
No Image

PENDAHULUAN
Masalah yang dihadapi khususnya dalam pengembangan ternak ruminansia, terutama di daerah- daerah padat penduduk clan ternak adalah semakin terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman rumput. Salah satu limbah pertanian
yang umum digunakan  sebagai pakan ternak ruminansia masyarakat adalah pucuk tebu. Luas tanaman tebu tahun 2004 pada perkebunan besar 0.80% dari tahun sebelumnya , adalah 364,44 hektar menjadi 367,3 ribu hektar .begitu pula produksinya mengalami  peningkatan sebesar 11,85% .Begitu pula areal penanaman dan produksi gula tebu secara keseluruhan sejak tahun  2000-2009 ( sumber : direktorat jendral perkebunan , departemen pertanian 2009 ).

    Produk utama dan turunan yang dihasilkan dari tanaman tebu ada dua kelompok yaitu limbah perkebunan dan limbah industry gula . limbah perkebunan berupa  pucuk tebu ( cane tops) sedangkan limbah industry gula berupa baggase, tetes dan blonthong.pucuk tebu adalah komponen limbah yang proposinya mencapai 14% dari bobot total tebu yang tersisa setelah panen . Limbah dari industry gula dapat dimanfaatkan dalam banyak hal dan sebagian besar dapat di manfaatkan sebagai pakan ternak ( heri ahmad sukri, 2009).
    Pucuk tebu digunakan sebagai hijauan makanan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negative pada ternak ruminansia.Pucuk tebu meskipun pontensinya cukup besar, namun angka pemanfaatnya relative sangat rendah (3,4%) Hal ini disebabkan  antara lain turunnya palatabilitasnya yang besar apabila dikeringkan dengan matahari, sedangkan yang  diekspor  umumnya dikeringkan dengan matahari ,sedangkan yang di ekspor umumnya dikeringkan dengan mesin pengering, sehingga tetap hijau dan bebau manis. Dilihat dari potensi bahan kering ,maka pucuk tebu masih mampu menghidupi sebanyak  377.860UT/tahun, sedangkan dengan kandungan PK 5,6 % mampu mensuplai sebanyak 262.662 UT/tahun , dari kandungan TDN 54,1% mampu menghidupi 448.361 UT/tahun (Rantan krisna 2009).
 Pucuk tebu mengandung protein yang rendah ,hal ini dapat dilihat pada hasil analisa yang telah dilakukan oleh Wardhani dkk. bahwa, pucuk tebu mengandung 22,34% bahan kering, protein kasar 4,94%, serat kasar 33,54%, lemak 1,34%, beta-N 44,08%  dan  abu 8,21 %. Menurut Pigden , pucuk tebu bukan saja mengandung protein yang rendah, tetapi juga mineral dan vitamin rendah. Oleh karena itu, pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia memerlukan bahan suplementasi sebagai sumber protein, mineral dan vitamin. Suplementasi yang disarankan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Preston clan Leng  adalah urea, proteinbypass, pati-bypass, mineral clan vitamin.
Pucuk tebu yang merupakan limbah panenan tebu, potensinya sangat tergantung pada luas areal panen, varietas clan produksi per satuan luas tanaman tebu. Menurut data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pigden (6) dinyatakan bahwa, 23% dari bagian ujung sebatang tebu adalah merupakan pucuk tebu.

KOMPOSISI
                Hasil ikutan tanaman tebu merupakan pakan sumber serat atau energi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk tebu, daun tebu, ampas tebu (bagase), blotong dan tetes (molases). Pucuk tebu memiliki daya cerna dan nilai gizi yang relatif rendah, hal tersebut dapat dilihat dari kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi (42,30%). Akan tetapi dengan tindakan pengolahan kimiawi, hayati dan fisik, secara signifikan mampu meningkatkan daya cerna, kandungan gizi dan konsumsi pakan (Dwiyanto, et al, 2001).
              Pucuk tebu digunakan sebagai hijauan makanan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negative pada ternak ruminansia. Ampas tebu (bagasse) merupakan hasil limbah kasar setelah tebu digiling yang mengandung serat kasar yang tinggi yang terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin. Mengingat tingginya serat kasar, ampas tebu hanya bisa digunakan untuk ternak ruminansia sebanyak 25%. Tetes bisa diberikan pada ternak secara langsung setelah melalui proses pengolahan menjadi protein sel tunggal dan asam amino. Keuntungan tetes untuk pakan ternak adalah kadar karbohidratnya tinggi (48-60% sebagai gula), kadar mineral dan rasanya disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur mikro yang dibutuhkan ternak seperti cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng. Kelemahannya kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak. Tetes dapat digunakan dalam ransum unggas sebesar 5-6% serta babi dan ruminansia sebesar 15%.
Berikut ini adalah hasil analisis proksimat bahan pakan yang berasal dari limbah industry.
Tabel 5. Kandungan nilai gizi pucuk tebu

 

Kandungan zat

Kadar zat

Bahan kering

16.67

Protein kasar

5.47

TDN

53

Serat kasar

17.71

Lemak kasar

2.49

Energy metabolic (Mcal)

3.94

Sumber : laboratorium ilmu nutrisi dan pakan ternak departemen peternakan FP USU (2008)

 

Seperti halnya limbah yang mengandung serat pada umumnya, pucuk tebu sebagai pakan mempunyai faktor pembatas, yaitu kandungan nutrisi dan kecernaannya yang sangat rendah, pucuk tebu mempunyai kadar serat kasar dan kadar lignin sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 46,5% dan 14% (Ensminger, et al., 1990.
          Tuazon (1974) menyebukan bahwa suplementasi silase pucuk tebu ( 60 % dari jumlah total ransum kering udara ) dengan 20 % molasses dan bungkil kopra memberikkan pertambahan berat bdan sebesar 0,41 kg/ hari dengan efisiensi pakan 12,6 kg . pucuk tebu juga dapat jga dip roses dalam bentuk hay dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu BK 85% ,PK 5,5% . ME 7 MJ/kg serta nilai kecernaan bahan kering 27,5% .
           Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari rumput, hijauan dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi ketiga bahan tersebut akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi yang dibutuhkan domba dan biaya relatif rendah (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
           Kecernaan pakan dapat didefinisikan dengan cara menghitung bagian zat makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan tersebut telah diserap oleh ternak. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan berdasarkan bahan kering, dan sebagai suatu koefisien atau persentase. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan, yaitu komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan taraf pemberian pakan (McDonald et al., 2002).
            Kecernaan bahan kering dan bahan organik merupakan indikator derajat kecernaan pakan pada ternak dan manfaat pakan yang diberikan pada ternak. Preston dan Leng (1978) menyatakan bahwa kecernaan bahan kering yang berkisar antara 55-65% merupakan kecernaan bahan kering yang tinggi dan diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ternak.

ANALISIS PERFORMANCE
Langsung ke dalam ransum
          Pucuk tebu dapat dimanfaatkan untuk pakan sapi dan kerbau. FERREIRO dan PRESTON et al. (1976) dalam menggemukkan sapi dengan batang tebu cacahan tanpa batas, menghasilkan pertambahan bobot hidup 0,7 kg/hari. Mungkin karena batang tebu mengandung banyak energi dari gula yang dikandungnya. Angka yang sama dicapai pada pemberian pucuk tebu yang ditambah urea dan 1 kg katul/hari, tetapi konsumsi pakan meningkat, sehingga efisiensinya sedikit berkurang. Dalam hal ini banyaknya urea yang ditambahkan tidak disebutkan. Adanya pucuk tebu yang berlimpah di musim kemarau diharapkan dapat mengurangi ketergantungan ternak akan rumput yang sangat tidak mencukupi.
              Hal ini memungkinkan karena mutu pucuk tebu tidak kalah dengan rumput Gajah. MUSOFIE dan WARDHANI (1985) membandingkan pakan basal rumput Gajah dan pucuk tebu yang diberikan secara ad libitum. Penambahan 1 kg konsentrat/ekor/hari meningkatkan bobot hidup serupa (0,3 vs 0,2 kg/hari) pada pedet lepas sapih, demikian juga dengan konsentrat sebanyak 1,5% dari bobot hidup pada sapi muda (0,41 vs 0,48 kg/hari), sedangkan pada sapi laktasi produksi susu serupa pula (5,76 vs 5,73 l/hari) bila konsentrat dikonsumsi sebanyak ± 5 kg bahan kering. Dengan penambahan 1 kg katul dan urea (3% dari bahan kering pakan), sapi Zebu yang diberi cacahan pucuk tebu dapat mencapai pertambahan bobot hidup sebanyak 0,7 kg/hari (PRESTON dan LENG, 1987),
sebagaimana yang dicapai dengan penambahan konsentrat (14% protein) sebanyak 1,5% dari bobot hidup (MUSOFIE et al., 1987a). Keistimewaan katul ini adalah kandungan lemak dan bypass protein yang cukup tinggi, dan hampir semua pati yang terkandung di dalam katul tidak dicerna dalam rumen, sebaliknya pati yang dikandung oleh ubi kayu cepat difermentasi (PRESTON dan LENG, 1987). Efisiensi akibat pemberian katul dan
urea ini menunjukkan perlunya mencukupi kekurangan nitrogen (di rumen dan di usus) dan lemak (di usus) bila pucuk tebu dijadikan pakan basal.
              Perlakuan fisik dapat berupa pencacahan, pembentukan pelet (setelah digiling) atau pembuatan hay (SINGH dan PRASAD, 2002). Rendahnya kecernaan pucuk tebu di Indonesia dapat diatasi dengan amoniasi. Dengan N-amonia 6% dari berat bahan kering pucuk tebu, hanya diperlukan waktu 2 minggu untuk menaikkan kandungan asam lemak hasil fermentasi (PANGESTU et al., 1992). Selain itu, alkali seperti NaOH, Ca (OH)2 dan KOH perlu dipertimbangkan sebagai bahan aktif yang memisahkan ikatan selulosa dan hemiselulosa dari ikatan lignin.
        ELLIOTT (2000) melaporkan bahwa pucuk tebu yang direaksikan dengan NaOH (4%) menaikkan konsumsi dan kecernaan bahan kering, tapi untuk penggunaannya masih harus ditambah bahan pakan sumber protein dan pati yang lolos dari pencernaan di rumen, seperti katul. Praperlakuan maupun penambahan konsentrat atau hijauan bergizi tinggi dapat menaikkan kecernaan dan konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup, produksi dan kualitas susu (WANAPAT, 2002).
Beberapa kendala bila pucuk tebu dijadikan pakan ternak ruminansia dan solusinya dapat diringkaskan sebagai berikut :

 

KENDALA

KEMUNGKINAN SOLUSI

Kecernaan rendah

Praperlakuan dengan alkali

Nitrogen terfermentasi

rendah

Tambahkan urea sebanyak

2% dari bahan kering bahan

Bypass protein dan lemak

rendah

Tambahkan bungkil-bungkil,

dedak, katul

Fermentasi menghasilkan

sumber glukosa rendah

Tambahkan rumen

modifiers, pakan kaya pati

(menir, jagung

Fraksi serat tercerna

rendah

Tambahkan legum hijau atau

rumput muda

Kandungan mineral

rendah

Tambahkan semua unsur,

terutama belerang

Upaya praperlakuan dan/atau suplementasi pada penggunaan serat limbah yang lain dapat menggunakan prinsip-prinsip tersebut. Sapi muda seberat 200 kg yang perlu bertumbuh 0,5 kg per hari diperkirakan membutuhkan protein 570 g dan energi 51 MJ (NRC, 1984), maka bila pakan basalnya pucuk tebu (5,5% protein dari bahan kering,
energi termetabolis (ME) 8,326 MJ/kg bahan kering), konsumsinya diperkirakan 3,5 kg bahan kering yang  hanya memasok protein kasar sebanyak 192,5 g dan
energi 29,141 MJ ME, sehingga akan memerlukan tambahan protein kasar sebanyak 377,5 g dan energy 21,859 MJ. Secara teoritis, kekurangan dapat dipenuhi  dengan menambahkan 1,5 kg katul dan 58 g urea. Dengan perkiraan meningkatnya konsumsi pucuk tebu bila diberi perlakuan atau ditambah legum dan mineral maka diharapkan pertambahan bobot hidupnya meningkat.

KESIMPULAN
Hasil – hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pucuk tebu akan meningkatkan PBB ternak apabila diberikkan bersama konsentrat ( sumber protein ) , naming apabila pemberian pucuk tebu tambah penambahan konsentrat maka tidak akn mencukupi kebutuhan dari ternak tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
KUSWANDI.2007. Balai Penelitian Ternak .Teknologi Pakan untuk Limbah Tebu (Fraksi Serat) sebagai Pakan Ternak Ruminansia.bogor .
Musofie, A., N,K . Wardhani, S. Tedjowahjono dan K. Maksum . 1981 . Pemberian Pucuk Tebu dengan Penambahan Pelbagai Level Konsentrat pada Sapi Bali Dara . Laporan Khusus Penelitian Sub Balai Penelitian Ternak, Grati
S. BASYA : Pucuk tebu, potensi dan peranannya
Y. Retnani W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. 2009
Tidi Dhalika, Atun Budiman dan Budi Ayuningsi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Pengaruh tingkat protein ransum lengkap dengan sumber hijauan daun pucuk tebu (Saccharum officinarum) terhadap jumlah zat makanan dapat dicerna pada domba persilangan priangan vs Barbados . Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung

 

 

 

Sumber: DISNAK JATIM

https://auroratoto-1.com https://auroratoto-2.com https://survei.penjamu.ung.ac.id/bsmaxwin/ https://sso.ikippgribojonegoro.ac.id/bswin/ https://bkkp.dephub.go.id/wp-content/img/ https://kelurahanpekelingan.gresikkab.go.id/assets/th/ https://dinsospmd.pangandarankab.go.id/app/img/ https://silihpas.pasuruankota.go.id/assets/daftar/ https://feb.unbrah.ac.id/wp-content/sggm/ https://satudata.sumselprov.go.id/assets/daftar/ http://siharga.cilacapkab.go.id/daftar/ https://portal.pangandarankab.go.id/public/system/ https://silatrengas.tangerangselatankota.go.id/assets/dana/