MENGGAGAS REVOLUSI PETERNAKAN SAPI...

MENGGAGAS REVOLUSI PETERNAKAN SAPI POTONG DI JAWA TIMUR

Senin, 16 Juni 2014 | 15:40 WIB Penulis : Web Admin Dibaca : 6784 kali
menggagas revolusi peternakan sapi


Oleh : Nika Prihandini*)

Istilah "revolusi peternakan" disampaikan pertama kali oleh Ir. Sjukur Iwantoro, M.Si, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian pada kesempatan membuka forum bussines gathering Sarjana Masuk Desa, di Hotel Sheraton Jokyakarta, 19 Januari 2013 yang lalu. Sesuai dengan arti 'revolusi', perubahan yang sangat cepat diyakini akan terjadi segera setelah melihat road map perjalanan program SMD dan optimis perkembangannya ke depan, mengingat beberapa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan.

Dibentuknya dan diresmikannya PT. SMD AGROBISNIS INDONESIA merupakan komitmen bersama yang diharapkan dapat mewadahi kepentingan pengembangan dan usaha agribisnis para SMD se-Indonesia. Dengan dibentuknya wadah ini diharapkan pengembangan peternakan bergulir cepat sejalan dengan upaya pemerintah membangun sistem agribisnis sapi potong di Indonesia.  Demikian  pula. dengan terbentuknya Koperasi SMD , diyakini dapat mewadahi para entreuprenur muda bidang peternakan dalam berkiprah. Apabila belajar dari sejarah perkembangan industri perunggasan di Indonesia, masuknya golongan masyarakat menengah yang ikut bermain di sektor perunggasan membantu pesatnya perkembangan industri perunggasan. Golongan masyarakat menengah ini diperlukan karena mempunyai akses informasi baik terhadap teknologi, modal, dan pasar yang lebih baik dari pada peternak tradisional yang relatip sangat tergantung pada musim dan alam. Sumberdaya manusia peternak yang ada sekarang ini dan pola pengembangannya tak dapat diandalkan lagi sebagai sebuah "mesin produksi" menuju swasembada daging sapi 2014. Memang tak ada penjelasan lebih lanjut mengenai road map pencapaian PROGRAM PSDSK 2014. Sampai munculnya kritik dan pesimisnya Menteri BUMN Dahlan Iskan (Jawa Pos, 22 April 2013 Manufacturing Hope: Sirotul Mustaqim Swasembada Daging 2014 Tidak Ada Tanda-Tanda Bakal Tercapai Bahkan Road Map Menuju Kesana Salah, Baiknya Kita Susun Saja Road Map Yang Baru.)

Dari dikotomi cara pandang seperti diatas dalam alam reformasi adalah sah-sah saja, Diretur Jendral PKH mungkin saja mempunyai jurus-jurus pamungkas sakti mandraguna yang dapat menciptakan "revolusi" walaupun  target swasembada daging sapi 2014 sudah dipastikas tak akan tercapai.  Dalam action plan BUKITTINGGI  masih ada kurang lebih 130.000 ton daging sapi yang harus di import guna  memenuhi target kebutuhan tahun ini (2014) sebanyak  576.000 ton daging sapi.

PT. SMD AGRIBISNIS MULTIGUNA, "Masih Seumur Jagung", harus diuji dan ditempa oleh pemgalaman, sedangkan program andalan dari kementan yang lain seperti penguatan dan penyelamatan sapi betina produktif terbukti tidak produktif. Hasil sensus pertanian 2013 sudah kita ketahui bersama perkembangan populasi sapi cenderung turun. Harga daging naik tak terkendali, terus apalagi atau yang mana lagi andalan menciptakan revolusi peternakan?

Tak kurang dari Menteri BUMN melalui kewenangannya mencoba menyelenggarakan workshop "Swasembada Daging Ala BUMN". Tak kurang dari para pakar perguruan tinggi, praktisi dan parapelaku peternakan mencoba merumuskan pola kebijakan yang mau diambil. Hasilnya tampaknya pola integrasi atau katakanlah subsidi silang, bagi importir yang jelas menguntungkan diberikan kewajiban melakukan upaya budidaya di dalam negeri, yaa aaa aaa Kapan swasembadanya? Kementerian Pertanian memberikan toleransi on trend 10 persen sudah dianggap cukup baik. Akar masalah yang kedua adalah sulitnya mencari bibit sapi bakalan, masih menurut Dahlan Iskan produktifitas ternak kita masih rendah, teknologi Inseminasi Buatan masih 65 persen dengan calving interval 16- 20 bullan, dan proporsi sek rasio kurang progresip.

Kalkulasi BUMN menyangkut biaya produksi seekor pedet senilai 9 juta dalam 2 tahun dan harga pedetnya cuma 5 juta atau peternak merugi 4 juta, mungkin hanya berlaku dikalangan perusahaan, yang semuanya dihitung. Tapi tidak dengan kebanyakan peternak tradisional di Madura, istilah naon artinya tiap tahun sapi beranak, atau calving interval 12-13 bulan sudah biasa bahkan ketika pemkab (Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan) mencoba me-revitalisasi potensi lokal dengan semboyan "155 Smart" yang artinya satu ekor dalam 5 tahun menjadi 5 ekor (lima kali beranak), seorang peternak mengacungkan tangan berargumen sudah biasa menjadikan seekor sapi dalam lima tahun menjadi 8 ekor, karena pada tahun ke tiga anak pertama sudah bisa beranak, demikian pula anak kedua pada tahun keempat, anak ketiga pada tahun kelima, dst. Jadi kalau induknya dapat menyumbang lima ekor dalam lima tahun, anak pertama menyumbang 3 ekor dan anak kedua 2 menyumbang 2 ekor dalam lima tahun pemeliharaan induk. Satu ekor induk seharusnya dapat menjadi l0 ekor dalam 5 tahun, mungkin sebagian kita menilainya terlalu fantastis, tetapi dengan capaian rasional 80% saja dari proyeksi potensi reproduksi seekor ternak sapi atau 8 ekor anak sungguh merupakan suatu prestasi yang luar biasa, atau 158 Excellent. (Jargon 155 Smart atau 158 Exellent hanyalah pengingat, pemandu, alur atau pedoman atau jalan kemana usaha peternakan sapi kita akan kita bawa) Program SATU SAKA (Satu tahun satu kelahiran) ini tahun 2012 masuk dalam lima besar IGA (Inovasion Goverment Award) dari Kementerian Dalam Negeri.

Menurut Nurhayati, (2012). Pemerintah sudah saatnya merubah pola pembangunan peternakan yang lebih bermartabat, berkeadilan, dapat diakses semua orang, berkelanjutan, dan berpihak kepada petani/peternak sesuai dengan perkembangan teknologi, IT, industri perbankan dan sistem keuangan yang lain seperti asuransi, sudah saatnya di adopsi sehingga lebih memberikan jaminan kelangsungan usaha. Rekayasa sosial melalui regulasi pemerintah yang lebih "berpihak" pada pemeliharaan sapi betina bibit akan sangat penting artinya bagi perubahan komposisi sek ratio. Pemberian insentip bagi peternak sapi betina bibit, bersamaan dengan penegakan aturan larangan pemotongan sapi betina produktif (Amanat UU No. 18 tahun 2009) diharapkan mampu mendorong berkembangnya industri sapi bibit sehingga pada akhirnya akan lebih banyak sapi bibit betina produktip,dan beranak maka produksi pedet akan bertambah banyak dan mudah di dapat.

Selanjutnya untuk menguatkan argumentasinya, Nurhayati, (2012) menggambarkan sebuah contoh simulasi, seandainya Propinsi Jawa Timur dengan populasi sapi tertinggi, ada kebijakan kredit pengembangan usaha sapi betina bibit dengan suku bunga (Misalnya; 2 o/o, sapi bunting diberi insentip, dijamin  asuransi dan pendampingan). Animo masyarakat memelihara sapi betina akan tinggi dan diharapkan ada pergeseran nilai, terhadap sapi betina produktif. Dari 10 ekor sapi dewasa dengan imbangan 6 induk dan 4 ekor jantan, upaya maksimal pun hanya akan memberikan tambahan 6 ekor pedet per tahun dengan daya dukung lahan yang sama. Apabila kita mampu menggeser komposisi rasio jantan; betina dewasa, 8 betina dan 2 jantan kita masih bisa berharap (dengan upaya optimal) 8 ekor pedet lahir setiap tahun.

Gambaran di atas apabila dimulai sebuah gerakan regional (misal: Jawa Timur) saja, penulis yakin problem swasembada daging ke depan akan dapat diatasi. Angka kelahiran 1,5 juta ekor pedet akan terjadi setiap tahun di Jawa timur. Sehingga dapat "membantu" pengadaan bibit sapi yang akan dikembanggkan oleh kementrian BUMN, yang digagas menteri Dahlan Iskan. Mangapa Jawa Timur ?

Provinsi Jawa Timur dengan populasi sapi potong sebesar 3,8 juta ekor, infrastruktur peternakan terbaik sangat menjanjikan. Penulis mengajak bapak Dahlan Iskan dan Pakde Karwo untuk mempelopori, memulai dan dapat melaksanakan pola ini. Selain beliau berdua sangat powerfull, sangat tahu isi "perut" Jawa timur, beliau juga berasal dari Jawa Timur, konsern dan menteri yang berani "mengkritisi" kementerian lain. Pakde Karwo yang terpilih kembali memimpin Jawa Timur dan mempunyai program Madura sebagai pulau sapi mudah-mudahan bisa menunjukkan "sirotul mustakim" atau model bagi pencapaian swasembada daging sapi yang sesungguhnya. Setelah menulis artikel ini, malam harinya saya bermimpi, Pakde Karwo di depan para bupati se-Jawa Timur dengan disaksikan bapak Menteri BUMN, mengatakan mulai bulan Agustus 2014, sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan  “Saya sediakan kredit  usaha peternakan sapi betina dengan suku bunga (2%) termasuk KKPE yang sebagian bunganya disubsidi Pemerintah Provinsi Jawa Timur (dibantu BUMN) mengasuransikan sapi betina peserta program SATUSAKA (Satu Tahun Satu Kelahiran) bukankah Jawa Timur sudah punya jamkrida? Untuk teman-teman mahasiswa atau siapa saja mari mimpi itu kita simulasikan pengaruh rielnya baik ke hulu maupun ke hilir, barangkali Pakde Karwo dapat mewujudkannya. Dalam mimpi itu Pak Dahlan berdiri memberikan applause sambil bergumam, “Jawa Timur memang hebat!” Terima kasih.


Pamekasan , 7 Mei. 2014
*) Mahasiswa Fakultas Pertanian jurusan produksi ternak Universitas Madura, Pamekasan.

Sumber: DISNAK JATIM