KENAIKAN HARGA PAKAN TAK PENGARUHI...

KENAIKAN HARGA PAKAN TAK PENGARUHI PETERNAK

Jumat, 12 Agustus 2011 | 11:22 WIB Penulis : Web Admin Dibaca : 1714 kali
No Image

Dikatakan pula, biasanya jika harga pakan atau obat-obatan naik, perusahaan yang menjadi mitra usaha peternak juga menaikkan harga hasil panen. Kalau pun ada kerugian, kata Basuki, bukan disebabkan kenaikan harga pakan, tetapi seringkali disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan tingginya penyusutan produksi peternak. Basuki tidak mengetahui berapa persisnya jumlah peternakan broiler di Tuban. Menurut catatannya, jumlahnya lebih dari 100-an unit peternakan, dengan populasi sebanyak 586.600 ekor. Namun dari jumlah tersebut, kata Basuki, yang diserap pasar lokal kurang dari 1 persen. Alasannya, perusahaan mitra peternak kebanyakan telah memiliki jaringan pasar tersendiri, sehingga daging broiler hasil produksi peternak Tuban tidak banyak di pasaran lokal.

Sejumlah peternak ayam broiler yang ditemui jurnalberita.com membenarkan pernyataan drh. Basuki. Abdul Muchit, peternak broiler warga Desa Beji, Kecamatan Jenu, mengaku tidak banyak menderita kerugian kendati harga pakan ternak mengalami kenaikan. Muchit mengaku tidak mengerti berapa pastinya harga pakan ternak saat ini. “ Semuanya sudah diurus perusahaan mitra. Jadi saya tinggal mengajukan berapa yang saya butuhkan,” katanya. Dalam sekali produksi, lanjut Muchit, dengan populasi broiler sebanyak 3.500 ekor, kebutuhan pakan mencapai 6-6,5 ton. Usia panen ayam jenis ini tergolong cepat, hanya 42 hari. Sehingga kerugian akibat penyusutan produksi pun bisa sangat minim. Rata-rata penyusutan hanya 0,7 persen.

Dengan harga broiler saat ini Rp 14.200 per ton, Muchit mengaku mendapat hasil bersih mencapai Rp 10 juta sekali panen. “ Tapi keuntungan bersih segitu jarang kami dapat. Rata-rata ya Rp 6 – 8 juta. Hasil ini yang paling rasional setelah dikurangi penyusutan akibat mati atau afkir, biaya pakan, vaksinasi, vitamin tambahan dan tenaga operasional,” jelas Muchit.


Kendati begitu, Muchit masih melihat adanya implikasi kenaikan harga pakan tersebut terhadap peternak. Ia bahkan mengaku produksinya tidak bisa mencapai hasil maksimal lantaran kenaikan harga pakan ternak sudah tentu menambah besarnya potongan harga hasil panen. Sedangkan harga broiler yang berlaku adalah harga yang telah disepakati dalam kontrak awal kemitraan dengan perusahaan bersangkutan, sehingga keuntungan yang didapat peternak menjadi susut. “ Kalau penyusutan produksi bisa ditekan hingga hanya 0,7 persen saja, mungkin masih lumayan untungnya. Tapi kalau penyusutan produksi lebih dari itu, bisa-bisa malah hanya Rp 1,3 juta yang kami dapat,” kata Muchit. (jbc8/jbc2)

 

Sumber: DISNAK JATIM