KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM...

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN

Jumat, 4 Mei 2012 | 11:01 WIB Penulis : Web Admin Dibaca : 1541 kali
No Image

Berdasar Pernyataan Presien pada Gerakan Nasional Pencanangan Anomali Iklim di Sidoarjo 14 Januari 2011 maka Kementerian Pertanian melakukan rancang ulang dalam pemanfaatan pekarangan menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Konsep ini diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat yaitu dengan gerakan pemanfaatan lahan disekitar rumah untuk ditanami sayur-sayuran, tanaman obat keluarga, pembuatan kolam ikan dan budidaya ternak disesuaikan dengan luas lahan.

Beberapa saat yang lalu BAKOHUMAS Kementerian Kabinet Indonesia Bersatu melakukan kunjungan ke Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa Girimoyo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Di desa yang dihuni 1.914 KK tersebut memang terlihat seperti kawasan hijau, dimana-mana terdapat tanaman baik yang ditanam pada lahan kosong maupun yang ditanam pada polybag. Kepala Desa maupun Camat sangat antusias dalam menyampaikan Grand Desain KRPL tersebut bahkan menyebutkan bahwa bila ada kelebihan produksi pada tiap rumah tangga nantinya akan ditampung oleh koperasi untuk dijual lagi sehingga selain ada penghematan pengeluaran rumah tangga juga terdapat pemasukan dari hasil penjualan tersebut.

Namun sayang Grand Desain yang begitu apik ternyata masih terbatas pada budidaya tanaman. Hanya sedikit rumah tangga yang mengusahakan peternakan pada pemanfaatan lahan tersebut. Setelah ditanyakan pada beberapa pihak yang menjadi alasan utama adalah keamanan. Salah satu yang menyatakan hal tersebut adalah Bu Samsul. Ibu dua anak tersebut memiliki lahan yang dimanfaatkan untuk ditanami berbagai sayuran maupun tanaman buah-buahan. Juga terlihat kandang ayam di samping rumah dan saat dikonfirmasi ternyata memang kandang tersebut sengaja dikosongkan dengan alasan keamanan bila ternak tersebut berada di luar rumah.

Melihat cerita diatas juga mengingatkan kita pada cerita masyarakat pedesaan beberapa tahun lalu. Terlihat masyarakat memelihara beberapa ayam buras. Dari jumlah yang dipelihara memang tidak terlalu banyak, tetapi dari nilai ekonomis jelas lebih tinggi daripada komoditi yang lain karena masyarakat umumnya menggunakan sisa makanan untuk pakan ternak, sehingga disaat harga daging melonjak pada waktu tertentu kebutuhan gizi asal hewan masih dapat terpenuhi. Tetapi virus flu burung yang menimpa negeri ini ditanggapi secara umum, karena sebenarnya penyakit tersebut lebih banyak dikarenakan burung liar ataupun memelihara unggas dengan cara dilepas sehingga kemungkinan kontak dengan unggas lainnya sangat tinggi. Dari gambaran tersebut semoga dapat membuat kita lebih kritis dalam menangkap peluang yang terlihat sepele. (dw)

Sumber: DISNAK JATIM