AYAM GAOK SI EMAS PUTIH PULAU MADURA...

AYAM GAOK SI EMAS PUTIH PULAU MADURA YANG SIAP DIGALI

Jumat, 11 April 2014 | 12:59 WIB Penulis : Web Admin Dibaca : 16249 kali
emas putih ayam gaok

Oleh : Abdurrahman Arraushany *)

Madura memang hebat.  Bentang alam yang terisolasi dan terdiri dari banyak pulau telah menguntungkan Madura dan Jawa Timur dengan munculnya beragam Sumber Daya Genetik Hewan/Ternak (SDGH/T).  Sebut saja, Sapi Madura, Domba Sapudi (DEG), Ayam Bekisar (Kangean), Ayam Keko (Sapudi), Kerbau Putih (Kangean), Itik Debung (Bangkalan), Kucing Raas (Sumenep), ayam kampung dan juga Ayam Gaok.  Kesemuanya itu merupakan SD hayati yang siap untuk digali dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Ayam Gaok memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai strain unggul ayam ras lokal nusantara. Pertumbuhan badan yang cepat dan tubuhnya yang besar (saat dewasa jantan mampu mencapai bobot 4-5 kg) menjadi faktor penting dalam produksi daging.  Sayangnya, pemanfaatan ayam Gaok oleh masyarakat Madura sendiri masih terbatas pada suara (seperti ayam pelung) atau dijadikan klangenan.  Sedangkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi telur (yang saat ini antara 6-8 butir per clutch) bisa dikatakan hampir tidak ada sama sekali.

Potensi ayam Gaok sudah dibuktikan oleh Tim Peneliti Balitnak-Ciawi Bogor.  Sekitar Tahun 2000-an, mereka melakukan penelitian di Madura (terutama Sumenep dan Bangkalan) dan membawa beberapa ekor indukan untuk dijadikan koleksi.  Lebaran tahun lalu, saat penulis berkunjung ke Balitnak, populasi ayam Gaok di lembaga pemerintah ini mencapai lebih dari 1500 ekor.  Wowww!!! Bandingkan dengan populasi ayam Gaok di seluruh  Madura yang ditaksir hanya mencapai 2.000-an ekor saja.

Balitnak telah melaunching ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) yang memiliki produksi telur hingga 75%. Prestasi ini menempatkan ayam KUB sebagai ayam terunggul di Indonesia.  Untuk menghasilkan pure line Grand Parent Stock (nenek ayam), pihak Balitnak kemudian menyilangkan ayam KUB dengan ayam Gaok-Madura.  Diharapkan nantinya ayam hasil persilangan inilah yang akan dinyatakan sebagai ayam unggul ras Indonesia/lokal nusantara.   

PENETAPAN RUMPUN/GALUR AYAM GAOK
Di Madura sendiri ayam Gaok bisa Anda jumpai di Kab.Sumenep (Ds.Gapurana, Ds.Poteran dan Desa Palasa.  Ketiganya berada di Pulau Puteran yang masuk wilayah Kec.Talango) dan Kab.Bangkalan (Kecamatan Socah dan Labang).

Meskipun asalnya dari Sumenep, ayam Gaok justru menjadi fauna resmi Kab.Bangkalan.
Sebagai langkah awal untuk penyelamatan dan pemanfaatan SDGT ayam Gaok, pemerintah Jawa Timur di tahun 2014 berencana untuk mengusulkan penetapan ayam Gaok dan Kambing PE Senduro (Lumajang) sebagai SDGT lokal Jawa Timur.  Hal ini merupakan upaya lanjutan mengikuti jejak sukses yang dicapai di tahun-tahun sebelumnya dengan ditetapkannya Sapi Madura dan Kambing Kacang (2010) serta Domba Sapudi/DEG dan Itik Mojosari (2012) sebagai SDGT asli/lokal milik Provinsi Jawa Timur.

Penetapan rumpun/galur SDGT (atau plasma nutfah) merupakan langkah yang patut dilakukan dan diapresiasi agar SD hayati ternak asli/lokal Madura, Jawa Timur dan Indonesia tidak mengalami kepunahan. Ke depan diharapkan anak cucu kita tak hanya bisa melihat keanekaragaman SDGH/T yang dimiliki Jawa Timur dan Indonesia hanya di Kebun Binatang Surabaya (KBS) atau di buku-buku album foto saja.   

MENGGALI POTENSI ‘EMAS PUTIH’ PULAU GARAM-MADURA
Kelak, setelah penetapan Ayam Gaok sebagai SDGT asli/lokal Jawa Timur sukses, impian besarnya akan ada upaya massif untuk menggali dan memanfaatkan SD hayati ternak, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah.

Ayam Gaok berpotensi besar sebagai penghasil daging dan telur, sebagai pangan halal dan thoyyib (baik dan bergizi) termurah, tercepat dan terjangkau di masyarakat.  Ingat, daging dan telur unggas merupakan pangan sumber protein hewani asal ternak pilihan terbaik masyarakat Indonesia.   
Agar mencapai keberhasilan tersebut, setidaknya ada 3 aktor yang mesti berjalan bersama dan saling bersinergi.  Pertama, individu peternak.  Peternak harus senantiasa meningkatkan kemampuan diri, minimal pada tiga aspek kecerdasan: skolastik, komunikasi dan finansial.

Kecerdasan skolastik diartikan sebagai kecerdasan terkait dengan usaha dan bisnis ayam Gaok.  Seluk beluk usaha dari sektor hulu, budidaya (on farm), hilir dan sektor pemasaran mesti dikuasai.  
Kecerdasan komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk berhubungan dengan orang lain.  Bagaimana setiap individu mengkomunikasikan ide, gagasan atau pemikirannya untuk bisa dipahami oleh individu peternak yang lain?  Komunikasi juga terkait erat dengan kepemimpinan.  Jadi untuk menjadi pemimpin, berupayalah untuk memimpin diri sendiri dengan baik dan juga memimpin orang lain.  
Sedangkan kecerdasan finansial merupakan upaya yang dilakukan agar usaha yang dijalankan mendatangkan profit material (harta, tahta, kata/ilmu dan cinta) di dunia dan juga mampu menembus dimensi akhirat (beroleh pahala).  Orang yang cerdas finansial akan berupaya memperbanyak asset produktif dan meminimalkan liabilitas (kewajiban).     

Kedua, kelompok peternak (yang mewakili entitas masyarakat).  Agar kelompok peternak menjadi kelompok yang tangguh, maka setidaknya harus dijalankan oleh orang-orang yang ikhlas dan kompeten (profesional).  Agar mampu menggapai prestasi yang hebat dan tidak bubar di tengah jalan, kelompok juga mesti memiliki kesamaan pemikiran, perasaan dan peraturan, yang mengikat seluruh anggota kelompok.  Jika tidak, maka jangan berharap akan ada keberlanjutan kelompok.  Tentu saja kelompok ini harus hebat dari segi teknis sekaligus politis.  Kelompok tangguh, bukanlah kelompok abal-abal yang terbentuk dan dibentuk karena akan mendapatkan dana bantuan pemerintah atau memanfaatkan CSR perusahaan swasta.

Ketiga, peran pemerintah.  Sebagai fasilitator dan regulator, pemerintah diharapkan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan iklim yang sehat dalam usaha dan bisnis peternakan.  Beberapa hal penting di antaranya: a).Menyediakan informasi dan teknologi terbaru untuk mempercepat dan meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak, b). Menyediakan modal kapital sebagai dana stimulan atau penguatan modal usaha kelompok (PMUK), c).Menjamin pasokan bahan pakan, pakan, obat-obatan, vaksin dan sarana/prasarana, d).Menjamin pasar bagi produk yang dihasilkan masyarakat, e).Menyediakan mekanisme manusiawi untuk mendistribusikan produk peternakan kepada masyarakat luas (bukan hanya diserahkan kepada mekanisme pasar, siapa yang mampu beli berarti dia berhak mengkonsumsi daging dan telur.  Dan siapa yang tak mampu membeli, maka silahkan gigit jari.  Sebab, setiap warga negara entah dia mampu membeli atau tidak, ia tetap harus mengkonsumsi pangan bergizi).

Terakhir, berapa sih harga seekor indukan ayam Gaok? Berdasarkan informasi dari Kelompok Hidayatullah di Pulau Puteran-Sumenep, harga indukan bisa mencapai 300-500 ribu setiap ekornya.  Sedangkan yang jantan ada yang mencapai 1,5-2 juta.  Menggiurkan bukan?
Nah, jika di setiap desa di seluruh wilayah Madura ada satu orang saja yang mau menerjuni usaha dan bisnis peternakan ayam Gaok, maka kelak akan terbuka lapangan pekerjaan baru di sektor budidaya minimal sebanyak 750 peternak.  Jika omset seorang peternak mencapai 50-100 juta per tahun maka uang yang beredar di bisnis ini mencapai lebih dari 25 Miliar. Ini baru sektor budidaya.  Kita belum bicara jika sektor hulu, hilir dan pemasaran juga digarap.  Nah, bikin ngiler, kan?

Jika usaha dan bisnis di sektor peternakan ini berkembang di perdesaan, maka pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan lagi mimpi.  Dan yang pasti jika lapangan pekerjaan di desa juga tersedia, maka laju urbanisasi bisa ditekan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat bisa dilakukan.  
Tertarik menerjuni usaha dan bisnis Ayam Gaok?

*) Abdurrahman Arraushany
Pengawas Bibit Ternak Ahli
UPT Pembibitan Ternak dan Lab Keswan Madura
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

Sumber: DISNAK JATIM