TINDAK LANJUT FIELD STUDY MANAJEMEN...

TINDAK LANJUT FIELD STUDY MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN BIDANG PENGOLAHAN SUSU JATIM

Kamis, 7 Juli 2011 | 11:20 WIB Penulis : Web Admin Dibaca : 1509 kali
No Image

Menurut Ir.maskur, Kepala Bidang Agribis Disnak Jatim, dapat beberapa faktor permasalahan general dan khusus seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, kesenjangan informasi, akses pasar, bibit/genetik, pakan, penanganan/pengendalian penyakit , manajemen pemeliharaan (kandang & produksi susu) serta Sarana dan Prasarana.  Dijelaskan bahwa pola pikir sebagian besar peternak yg sulit untuk menerima inovasi baru , meskipun tujuannya untuk peningkatan usaha. Mereka cenderung berternak dengan sistem tradisional, tapi hal tersebut dapat diperbaiki secara bertahap melalui pembinaan dan penyuluhan intensif. Sebenarnya sumber daya alam di Jatim sangat berpotensi. Tapi sektor lain juga berkembang pesat, misalnya sektor industri / perdagangan. Ironisnya perkembangan masing-masing sektor seringkali berlawanan. Oleh sebab itu perlu penegasan pelaksanaan aturan yang jelas untuk pemanfaatan ruang. Kurangnya koordinasi & kesinambungan antar stakeholder dalam hal sosialisasi, diseminasi informasi teknologi peternakan & standardisasi kualitas sehingga mengakibatkan pola usaha peternakan tidak mengalami kemajuan yang berarti. Pasar susu segar sekarang ini masih tergantung pada Industri Pengolah Susu (IPS). Peternak yang tergabung dalam koperasi belum mempunyai akses pasar yang luas, sehingga posisi tawar lemah yang pada akhirnya penentuan harga lebih didominasi oleh IPS.


Sedangkan faktor khusus dijelaskan bahwa sudah sering didatangkan bibit sapi yg baik / sesuai dengan iklim di Indonesia, tetapi karena pemeliharaan yang kurang baik, perkembangannya tidak optimal. Hijauan masih kurang, karena terbatasnya ketersediaan lahan rumput untuk pemenuhan konsumsi ternak. Bahan baku pakan penguat masih banyak diimport, sehingga harga fluktuatif & relatif mahal.

Penanganan/pengendalian penyakit belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena keterbatasan anggaran, kurangnya tenaga medis & paramedis, luasnya jangkauan sebaran ternak dan sulitnya kontrol lalu lintas ternak.  Sementara manajemen pemeliharaan (kandang & produksi susu) lebih mengarah pada sistem tradisional dan masih banyak kesampingkan kebersihan / cara pemerahan yang kurang hygienis. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung untuk meningkatkan kualitas produksi susu, antara lain : mesin perah, cooling unit dan milk can.


Oleh karena itu baberapa hari yang lalu Disnak Prov.Jatim mengundang perwakilan Dinas yang menangani fungsi peternakan kabupaten/kota di Jawa Timur  dalam Tindak Lanjut  Field Study Manajemen Mutu Dan Keamanan Pangan Bidang Pengolahan Susu. Acara tersebut sebagai tindak lanjut atas field study Ir.maskur di Perancis beberapa pekan lalu. Beberapa rencana tindak lanjutnya adalah penambahan sarana cooling unit & mesin perah untuk peternak, kelompok peternak dan koperasi persusuan di Jatim. Membangun kembali kerjasama dengan Perhutani untuk pemanfaatan lahan guna penyediaan hijauan pakan ternak. Recording sapi perah sebagai kontrol lalu lintas ternak dengan penerapan kepemilikan kartu ternak yang dikendalikan oleh Pemprov/Pusat. Sosialisasi tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk susu & produk susu kepada peternak.

Menetapkan luasan areal tertentu (dengan PerDa) wilayah yang potensial untuk pengembangan sapi perah, dijadikan lahan tanaman pakan ternak & pabrik pakan serta tidak digunakan untuk pengembangan sektor lain.  Disamping itu diversifikasi produk olahan susu perlu terus dikembangkan dan sosialisasi gerakan minum susu segar pada masyarakat. Tindak lanjut kerjasama teknis peningkatan produktivitas dan kualitas persusuan dengan mendatangkan tenaga ahli dari Perancis untuk mengkaji secara logis kondisi riil di Jatim terkait peningkatan kualitas bibit dengan transfer embrio (fresh / frozen).

Serta pelatihan SDM peternakan dan optimalisasi daerah percontohan terpadu di UPT-PT HMT Batu.

Sumber: DISNAK JATIM